Pasokan elpiji untuk wilayah Jawa Barat, Jakarta, dan Jawa Tengah terhenti akibat salah satu mesin processing di kilang Pertamina Unit Pengolahan VI (UP VI) Balongan, Indramayu, rusak. Terhentinya pasokan dikhawatirkan memicu kelangkaan elpiji di ketiga provinsi itu.
Kepala Hubungan Pemerintahan dan Masyarakat (Kahupmas) Pertamina UP VI Balongan, Darijanto, di Indramayu, Sabtu (10/5), mengatakan, kerusakan di salah satu unit mesin tersebut terjadi sejak Jumat (9/5). Mesin yang rusak itu adalah unit RCC (residue catalytic cracking) yang menghasilkan elpiji, di samping propylene dan polygasoline, yang menjadi bahan baku industri polyester (serat sintetis).
Akibat kerusakan itu, kata Darijanto, kilang Pertamina UP VI yang dalam kondisi normal mampu menghasilkan 1.200 ton elpiji per hari, terhitung sejak Jumat (9/5) menghentikan produksi elpijinya. Dampaknya, pasokan elpiji ke Jawa Barat, Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah terhenti total. Produksi elpiji di kilang Pertamina UP VI, kata Darijanto, memang dialokasikan untuk menyangga kebutuhan elpiji di ketiga provinsi tersebut.
Dari pemantauan di lokasi kilang, sejumlah pekerja dan teknisi terlihat tengah melakukan perbaikan di unit RCC. Satu unit mobil pemadam kebakaran juga disiagakan di lokasi tersebut. "Memang di unit RCC ini sedang dilakukan treatment setelah mengalami kerusakan sejak Jumat," kata petugas keamanan di Kilang UP VI. Menurut Darijanto, perbaikan yang dilakukan di unit RCC itu telah terprogram sebelumnya.
Produksi elpiji akan kembali normal setelah dilakukan perbaikan yang diperkirakan membutuhkan waktu hingga 18 hari. Terkait kerusakan di unit RCC, menurut Darijanto, hal itu tidak akan mengganggu unit processing lain yang menghasilkan BBM seperti solar, premium, dan minyak tanah.
"Tetapi, kalau pasokan elpiji ke DKI Jakarta, Jabar dan sebagian Jateng dari kilang ini praktis berhenti total selama perbaikan," tandasnya.
Menjawab pertanyaan ihwal kemungkinan tejadinya kelangkaan elpiji di Jawa Barat, Jakarta, dan Jawa Tengah akibat terhentinya pasokan, Darijanto mengaku tidak tahu pasti. Sebab, kilang Pertamina UP VI hanya bertugas memproduksi, sedangkan distribusi dan pemasaran ada di bagian lain.
Kilang UP VI Balongan - Indramayu adalah satu dari tujuh kilang yang dikelola Direktorat Pengolahan PT Pertamina. Kilang UP VI Balongan yang mulai beroperasi sejak tahun 2004 itu berfungsi mengolah minyak mentah menjadi produk-produk BBM, non-BBM, dan petrokimia.
Dialihkan
Kerusakan yang terjadi di kilang minyak milik Pertamina di UP VI Balongan, berimbas pada distribusi gas di stasiun pengisian dan pengangkutan bulk elpiji (SPPBE) PT Purna Parum Murni Rahayu (PPMR).
General Manager PT PPMR Taufik ketika dihubungi, Sabtu (10/5) mengatakan, akibat kerusakan itu terjadi pengalihan pasokan gas dari Balongan ke Tanjungpriok Jakarta Utara. "Saya baru memulainya hari ini (Sabtu-red.). Kami dibantu dua trailer dari Pertamina dengan kapasitas 15 ton/trailer," ungkap Taufik.
Menurut dia, trailer itu didatangkan dari Balongan, untuk membantu distribusi dan mengantisipasi terjadinya antrean elpiji di Bandung.
Taufik mengatakan, saat ini PT PPMR memiliki tujuh armada, masing-masing berkapasitas 9.500 kg. Dengan armada yang dimilikinya, serta armada bantuan dari Pertamina, ia yakin bisa memenuhi kebutuhan elpiji untuk disalurkan kepada para agen.
Sumber: http://www.indramayupost.com/2008_05_01_archive.html