Berikut pemaparan beliau dan uraian ringkas bagaimana hubungannya dengan eksplorasi migas yang rame itu.
Kami dan masyarakat kalsel, khususnya masyarakat banjarmasin, sementara ini menyebutnya sebagai “sumur barambai”. Barambai adalah nama desa di dekat kota marabahan sebelah utara banjarmasin. Sampai bbrp puluh meter bisa dicapai naik mobil. Dari treking pake gps ini, naik mobil tsb, kira-kira 42 km sebelah utara Banjarmasin.
Sumur barambai kira-kira 5 km sebelah barat sungai barito, dgn naik mobil tsb kita menyeberang naik ponton.
Koordinat sumur barambai kami ukur tgl 29-NOV-06 pk 17:09:50 sbb : S 2 der 59 men 14.9 det; E 114der 42men 21.4det, ketinggian 6 m dpl (alat kur garmin gpsmap76csx).
Keadaan yang kami amati:
Pengukuran lokasi dengan GPS Sesuai cerita yg berhasil kami himpun, sumur barambai ini tadinya diniatkan untuk cari air tanah yg rada bersih utk masyarakat desa Barambai yang penghuni di sekitar sumur itu merupakan transmigran asal Bali(?), beragama hindu. Dilaporkan bahwa semburan terjadi ketika pemboran mencapai kedalaman sekitar 135 m. Kami tidak mengetahui sebab-sebab mereka ingin mencapai kedalaman segitu tk cari air tanah. Tukang bor tidak berhasil kami temui dan sulit mencari info jati diri tukang bor air. (lihat penjelasan Iyan, Comment no 11)
Sumur barambai terletak di tengah-tengah lingkungan alam rawa gambut yang luas sekali dari sistem sungai barito , delta sungai Kapuas-petak-murung (kalsel) dan sungai kahayan. Dari hasil pengamatan 2 hari sebelum pengukuran koordinat di atas, langsung di sumur barambai adalah murni semburan gas yang menyebabkan olakan air setempat (tidak seperti di sidoarjo yang diikuti oleh material baik material padat dan halus).
Pengukuran menggunaka detektor gas (yang biasa kami pakai utk memantau keadaan gas metana di tambang batubara bawah tanah yang sedang kami kerjakan) dilakukan 3 kali tepat pada pusat lubang bor yaitu:
1. Jam 11.00 Wita : CH4: 26.6%; O2: 19.1; CO: 9 ppm; H2S: 0 ppm dan CO2: 0 ppm
2. Jam 11.30 Wita : CH4: 26.6%; O2: 18.2; CO: 3 ppm; H2S: 0 ppm dan CO2: 0 ppm
3. Jam 12.30 Wita : CH4: 26.6%; O2: 18.4; CO: 5 ppm; H2S: 0 ppm dan CO2: 0 ppm
Di sekitar bibir sumur dengan radius 3 metrer dari lubang bor didapat hasil rerata:
* CH4: 0.54 – 2 %;
* O2: 20.1% ;
* CO: 1 -4 ppm;
* H2S: 0 ppm dan
* CO2: 0 ppm
sedangkan sekitar daerah tanggul radius 50 meter dari lubang bor didapat hasil rerata:
* CH4: 0.26 %;
* O2: 20.1% ;
* CO: 0 ppm;
* H2S: 0 ppm dan
* CO2: 0 ppm
Sensor detektor gas yang kami miliki hanya untuk CH4, untuk gas-gas lain dalam kelompok mudah terbakar tetap akan terbaca sebagai CH4.
Yang kita lihat seperti semburan di warta berita televisi tentang sumur barambai sesungguhnya merupakan fenomena dari air yang ada di dekat mulut sumur yang mau turun kembali ke dalam lobang sumur namun dilawan oleh semburan gas dari dalam sumur sehingga terlihat seperi semburan lumpur. Tidak ada penambahan air atau lumpur yang ke luar dari dlm sumur tsb selain gas makin lama air / lumpur itu surut, dan yang lebih banyak semburan gas.
Sekitar 4-5 meter dari sumur sudah kering atau becek karena sifat rawa-rawa. Pengukuarn di atas dilaksanakan oleh pegawai kami, seorang geologiwan Indonesia, untuk tambang bawah tanah, atas permintaan gubernur kalsel. Atas saran kami, pemprop kalsel tidak perlu memaklumatkan keadaan berbahaya untuk radius lebih dari 50 m dari lubang sumur barambai.
Setelah pengukuran di atas pemprop kalsel belum meminta lagi pengukuran selanjutnya. Dan tidak ada laporan dari barambai tentang adanya peningkatan aktivitas semburan gas di sumur barambai.
(melalui japri ke email RDP akan saya coba kirim bbrp foto agar bisa berbagi kisah bila dopasang di “website”nya RDP)
Penjelasan yang dapat saya lakukan hanyalah melihat dari sisi regional daerah tersebut. Ngliat dari satelit pakai google earth. Dan juga nge-donlod gambar peta dari MSN. plus ditambah peta2 lapangan migas dari publikasi2 koleksiku saja.
Kan aku ngga kesana :) . Jadi jangan dianggap ini sebuah penelitian. Lah ini aja hanya dongengan, nulisnya disambi minum kopi pahit dan pisang goreng bikinannya NyiLaras … glek ! :)
Gambar disebelah ini merupakan gabaran situasi di daerah Cekungan Barito. Cekungan Barito ini di sebelah Timur dibatasi oleh Pegunungan Meratus. Kelihatan kan kalau dari satelit bahwa daratan di cekungan Barito ini topografinya merupakan landaian. Pegunungan Meratus merupakan batas sebelah Timur dari cekungan ini. Batas cekungan ini berupa patahan Rotinsulu (1993).
Sumur Barambai terletak pada topografi landaian di Cekungan Barito ini.
Kalau melihat penampang yang dibuat oleh Rotinsulu (1993) terlihat bagaimana konfigurasi batuan-batuan di Cekungan Barito ini.
Gambar penampang ini memperlihatkan seolah-olah kalau aku membuat irisan raksasa persis ngiris roti kue lapis itu. Dan aku lihat dari sisi samping. Irisan atau penampang ini dibuat dari sisi barat ke sisi timur. Lokasi irisan yang dibuat oleh Rotinsulu dkk tahun 1993 ini melalui sumur2 yang ada dilapangan minyak Kambitin dan lapangan Minyak Tanjung.
Rotinsulu (1993) dibawah ini juga memperlihatkan bagaimana minyak-minyak dan gas di kedua lapangan ini terisi. Coba perhatikan tanda panah itu. Itu tanda panah memperlihatkan aliran minyak dari sebelah timur (bawah) ke arah barat (atas).
Mengapa minyak dan gas cenderung naik ke tempat lebih tinggi ?
Ini rahasianya ya hanya kembali lagi soal SD dulu, yaitu berat jenis minyak kan lebih kecil dari berat jenis air, sehingga minyak yang terbentuk dibawah itu mengalir ke atas. Demikian juga dengan gas, karena gas berat-jenisnya sangat kecil, tentunya gas yang terbentuk di bagian paling dalam di cekungan Barito ini akan mengalir ke atas juga.
- “Walah Dhe, susah dhe. Memang minyak dan gas itu terbentuknya gimana tah ? lah kok ujug-ujug ada minyak itu ceritanya gimana ?”
+ “Ya wis ngko sik Yun, iki ditampa ngono disik. Pokoke minyak itu terbentuk pada cekungan-cekungan, atau wadahyang isinya batuan dibawah sana”.
- “Ah ga eruh, dhe” :(
+ “Ya wis jok kakehan takok disik, ngo nulis maneh ….” :p
Coba perhatikan gambar samping ini bagaimana gas mengalir keatas ke Penampang barat-timur lapangan-lapangan minyak dan gas Warukin-DHS-Tanjung-Kambitin. Garis-garis itu disebut migration pathways. Coba tengok ada garis vertikal yang mematahkan lapisan-lapisan itu. Itu patahan membentuk “jebakan“. Ketika gas dan minyak naik keatas kalau ada hambatan maka minyak itu terjebak. Jadi salah satunya pembentuk jebakan minyak dan gas adalah patahan-patahan ini.
Kalau dilihat pada peta geologi, maka lokasi Kambitin-Tanjung itu merupakan sebuah “trend“, atau kesamaan bentuk ke selatan. Coba tengok irisan atau penampang dibawah ini, ini sudah dibuat secara sederhana. Kalau masih ngga jelas ya di klik gambarnya biar kliatan gede.
- “Looh Pakdhe, kok yang ini ada beban/load itu apa dhe ?”
Penampang Barat-timut disederhanakan
Ya, selain adanya tekanan keatas karena beratjenis minyak dan gas yang lebih kecil dari air dan cenedrung naik keatas, maka akan ada tekanan kebawah dari beban batuan siatasnya. Ini mirip spons yang terisi air yang ditekan maka akan bergerak keatas. Garis merah disebelah kanan itu gambaran patahan yang digambarkan pada peta diatas, patahan yg digambarkan warna merah ini berarah utara-selatan.
- “Woo, jadi sumber tekanan itu bisa dari situ ya, dhe ? Bisa dari gaya apung minyak dan tekanan beban”
Kalau diperhatikan dari peta diatas, maka terlihat bahwa arah trend itu sejajar dengan arah patahan (utara-selatan) yang membatasi Cekungan Barito. Lah ya itulah sebabnya mengapa banyak yang tertarik untuk eksplorasi migas di cekungan Barito ini.
Sumur Barambai itu bisa jadi merupakan sumber air artesis, atau bisa juga gabungan adanya jebakan gas dan minyak.
- “Pak Dhe, bararti daerah Barambai itu bagus untuk eksplorasi migas donk ?, ditempat lain ada ngga yang seperti ini ?”
+ “Ojok buru-buru, kowe ki. Semua itu masih panjaang jalannya. Perlu penelitian dengan seismik dan pengeboran juga”
Banyak cara dipakai untuk eksplorasi migas. Gambar yang dibuat diataspun hanyalah spekulasi. Kalau ada data seismiknya tentunya mudah untuk di cek-n-ricek.
- “Sik sik pakdhe … kok setiap ada gejala geologi kok selalu ada patahan ta, dhe ? Gempa di jogja juga disebutkan karena patahan Opak. Trus, di Porong juga katanya dilewati patahan, trus di Barambai sini. Juga kemarin ada cerita semburan api di Jogja Emang kalau ada patahan itu selalu menyebabkan ada semburan ya ?
+ “Ya, ndak trus gampang-gampangan gitu. Tetapi memang orang geologi itu selalu tertarik dengan bentuk-bentuk lapisan tanah. nah salah satunya patahan” Sudah membaca patahan pembelah pulau Jawa disini belom ?
Sik ah … mau whik en dulu, kliling-kliling KL … ” :D
Jadi kemungkinan besar Sumur Barambai yang dalamnya hingga 135 meter ini telah menembus di lapisan batuan kuning. Lokasi sumur Barambai ini tepat di lokasi yang tertulis artesis.
Cukup aneh juga ngebor nyari air sampai kedalaman 135 meter :( . Padahal kalau dilihat aliran sungai Barito yang melimpah air tawarnya ini, sangat mungkin daerah ini bukan daerah yang membutuhkan air. Atau ada yang tahu bahwa kebutuhan air bersih didaerah ini membutuhkan air tawar cukup banyak ? Misal industri atau pemukiman baru ?
Trims Iyan atas penjelasan mengapa perlu ngebor sumur sedalam ini (lihat comment no 11)
Ini baru penjelasan ngilmiahnya, jangan suudzon :)
Sumber: http://rovicky.wordpress.com/2006/12/09/sumur-barambai-semburan-di-barambai-kalimantan-selatan/